Jumat, 23 Desember 2011

Natal bagiku

Kalau uda bulan Desember gini.... Pasti nuansa natal-nya berasa banget.... Natal menjadi semacam trend... Mulai dari yang paling profan sampai yang paling rohani.... Mal penuh dengan diskon dan Pernak Pernik serta pertunjukan natal (yang belakangan trend adalah Midnite sale dengan nama dan jargon apapun itu)... Stasiun TV aja pada ngga mau ngalah... Bikin acara dari yang mengusung nama tayangan perayaan Natal (mending kalau ada suasana Natal, kadang yang ditayangkan adalah film action yang penuh dengan kekerasan - asal seru, ngasal gakpapa).... Natal menjadi ajang cari uang juga bagi pedagang dan bank (peningkatan penggunaan kartu kredit meningkat lebih dari 20% dari biasanya), kadang kalau uda gini jadi mikir... Indonesia miskin dimananya? Pada belanja gila2an... Keluar Negeri juga bablas sampai setelah tahun baru.....

Natal juga sarat dengan refleksi dan biasanya pertanyaan besar tersebut adalah "apa makna Natal bagimu?"
Natal terkadang menjadi biasa saja.... Aku tidak terlalu tertarik dengan midnite sale (sudah beberapa tahun ini aku tidak beli baju baru untuk Natal).... acara2 TV (uda jarang nonton TV juga).... Bahkan dengan segala kesibukan persiapan Natal.... Natal bukan tidak spesial bagiku.... Tapi bagiku persiapan fisik untuk menyambut Natal tidak terlalu penting bagiku.... Bagiku yang lebih penting adalah menghadiri misa malam Natal dan merenungkan apa arti Natal bagi kehidupanku... Natal membawaku berefleksi tentang hubunganku dengan DIA yang terbaring di palungan.... Natal menjadi momen yang tepat untuk mengingatkanku melihat dengan kesederhanaan.... Ya, kesederhanaan menjadi kacamata untuk melihat.... Kesederhanaan menjadi barometer... Untuk apa pakaian serba baru... kalau hati masih berkutat dengan dendam lama.... Untuk apa merencanakan banyak hal-hal yang konsumtif.... kalau kelakuan dan tutur kata masih kalah dengan manusia primitif....  Natal bagiku adalah bagaimana kembali ke makna sesungguhnya.... Bagaimana Kristus menjadikan kesederhanaan sebagai tahtanya.... Kristus menjadikan kesederhanaan sebagai permulaan perutusannya.... Dan Kristus memulai perutusannya dengan berpihak pada mereka yang lemah, miskin dan terabaikan.... Pernahkah kita memikirkan mengapa Yesus lebih memilih Palungan daripada Hotel mewah atau istana megah? Karena uda ngga ada tempatkah? Karena ngga mampu bayarkah? Atau karena ngga telat booking tempat dan ngga dapet diskon khusus ( :P)?

Natalku mungkin tak sama dengan Natalmu....
Natalku mungkin terdengar membosankan bagimu...
Natalku adalah kesederhanaan....
Natalku adalah semangat persaudaraan....
Natalku adalah kebersamaan...
Natalku adalah relasiku dengan Tuhan....

Pohon Natal tak lagi kupasang....
Kelap kelip lampu kuganti dengan cahya bintang....
Tak ada acara tukar kado atau pesta pora Natal....
Yang ada hanya selebrasi dalam Misa malam Natal...

Semoga Natalmu menyenangkan....
Semoga Natalmu mencerahkan...

Life must go on

Ternyata sudah hampir setaun ngga nulis di blog ini....

Beberapa hal penting terjadi sepanjang tahun 2011... Bulan Mei ini aku resmi diangkat sebagai Notaris... Suatu pencapaian yang kupersembahkan kepada Papa yang sungguh memberi dukungan yang luar biasa pada karierku yang satu ini.... Di bulan Oktober aku memulai kantorku dengan keadaan yang serba sederhana dan serba seadanya.... Puji Tuhan masih bisa bertahan sampai hari ini.... Dan diakhir tahun ini aku berencana memulai usaha baru... Memproduksi kaos rohani (semoga berjalan lancar).... Banyak hal yang mungkin terjadi sepanjanga tahun ini.... Suka dan duka... semangat dan kejenuhan.... sibuk dan santai.... semua berjalan dan tak dapat diputar kembali.... Tapi begitulah hakikat dari kehidupan.... Kehidupan harus terus berjalan

" Life Must Go On"

Senin, 31 Januari 2011

namanya juga usaha

Seorang ibu berumur 66 tahun menghampiriku yang sedang menunggu klien di pelataran Lobi WTC Mangga Dua siang itu. Mengawali pembicaraan dengan bercerita bahwa ia datang ke daerah Kota untuk bertemu saudaranya yang berjanji akan membantu mengurus operasi katarak yang dideritanya, dan ternyata tanpa kabar saudaranya itu telah pindah tempat tinggal. Iaibu ini juga menurut pengakuannya mengalami sakit jantung (selama berbicara seringkali menarik nafas panjang dan mengatur nafas lebih dahulu).Singkat cerita, ibu ini minta bantuan kepadaku untuk mengongkosinya naik kereta pulang ke daerah Banten, dia juga mengaku bahwa dari pagi masih belum makan. Aku mengajaknya makan (karena aku lebih suka memberi bantuan secara langsung berupa makanan daripada memberi uang yang entah akan dipergunakan untuk apa juga), tetapi dia menolak dan minta mentahnya saja. Akhirnya aku memberinya ongkos yang sudah kuperkirakan lebih daripada hanya sekedar membeli tiket kereta api.Cerita belum berakhir, ibu ini masih saja duduk, dan mengutarakan niatnya mencari obat untuk sakit jantungnya di daerah dekat Ancol, akhirnya aku mengantarnya naik Angkot. Sembari menanti angkot, dia bertanya mengenai keluarga dan pekerjaan aku. Begitu dia mendengar pengacara (kadang aku memang lebih suka mengaku pengacara, karena profesi pengacara lebih dikenal oleh orang awam, daripada ribet jelasin soal kerja Notaris) reaksinya langsung: “wah banyak duitnya donk, tambahin lagi donk”, reaksiku dalam hati: “Maksoed Loe??” Haa... begitulah manusia, entah serakah atau usaha. Aku hanya tersenyum dan menjawab: Itu saja (uang yang tadi kukasih) sudah cukup koq. Tidak lama kemudian, angkot datang dan ibu ini pun berangkat. Mencari usaha yang lain mungkin.